“PRINSIP-PRINSIP
BISNIS DAN RITEL”
1.
Pengertian Bisnis Ritel dan Bisnis
Eceran
2.
Mencari persamaan dan peredaan Bisnis
Ritel dan Bisnis Eceran
3.
Menjelaskan peran dan fungsi Bisnis
Ritel
>>> PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Bisnis Ritel dan Bisnis Eceran
Kata
Ritel berasal dari bahasa perancis, ‘retailler’, yang berarti memotong atau
memecahkan sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Eceran berarti secara
satu-satu, sedikit-sedikit atau satu-satu langsung kepada konsumen akhir untuk
keperluan konsumen pribadi, keluarga, ataupun rumah tangga dan bukan untuk
keperluan bisnis (dijual kembali).
Ritel tidak
hanya terbatas pada penjualan barang, seperti sabun, minuman ataupun deterjen,
tetapi juga layanan jasa potong rambut,ataupun penyewaan mobil.
Ritel merupakan merupakan salah satu
rantai saluran distribusi yang memegang peranan yang penting dalam penyampaian
barang dan jasa kepada konsumen akhir. Ritel meliputi semua kegiatan yang
melibatkan penjualan barang atau jasa secara langsung pada konsumen akhir untuk
penggunaan pribadi dan bukan bisnis.
=>>
Pengertian Ritel menurut para ahli:
Kotler ( 2003: 535 ) dalam buku
Foster (2008:34) mendefinisikan sebagai berikut: “ritel meliputi semua kegiatan
yang melibatkan penjualan barang atau jasa secara langsung pada konsumen akhir
untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis”.
Sedangkan menurut Berman dan
Ervans(2002 : 3) dalam buku Foster (2008:34) pengertian ritel adalah: “ritel
adalah tingkat terakhir dari proses distribusi, di dalamnya terdapat aktivitas
bisnis dalam penjualan barang atau jasa kepada konsumen”.
Menurut
Gilbert, retail adalah “semua usaha bisnis yang mengarahkan secara langsung
kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi
penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi” (2003 : 6).
Dari berbagai pengertian diatas
dapat dirumuskan bahwa ritel adalah segala aktivitas perdagangan barang atau
jasa kepada konsumen akhir untuk digunakan sendiri, bukan untuk diperdagangkan
lagi.
Secara
garis besar, usaha ritel yang berfokus pada penjualan barang sehari-hari
terbagi dua, yaitu usaha ritel tradisional dan usaha ritel modern. Ciri-ciri
usaha ritel tradisional adalah sederhana, tempatnya tidak terlalu luas, barang
yang dijual tidak terlalu banyak jenisnya, sistem pengelolaan / manajemennya
masih sederhana, tidakmenawarkan kenyamanan berbelanja dan masih ada proses
tawar-menawar harga dengan pedagang, serta produk yang dijual tidak
dipajang secara terbuka sehingga pelanggan tidak mengetahui apakah peritel
memiliki barang yang dicari atau tidak.
Sedangkan
usaha ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat yang luas,
barang yang dijual banyak jenisnya, sistem manajemen terkelola dengan baik,
menawarkan kenyamanan berbelanja, harga jual sudah tetap (fixed price) sehingga
tidak ada proses tawar-menawar dan adanya sistem swalayan / pelayanan mandiri,
serta pemajangan produk pada rak terbuka sehingga pelanggan bisa melihat,
memilih, bahkan mencoba produk terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk
membeli.
*)
Pengertian Perdagangan Eceran
Kegiatan perdagangan besar dan
perdagangan eceran adalah sangat penting dalam proses penyaluran barang dan
jasa. Tanpa usaha perdagangan besar dan eceran, sulit produsen menyalurkan
barangnya, walaupun beberapa produsen dapat langsung menyalurkan barang kepada
konsumen atau ke pengecer, tapi kegiatan tersebut tidak dapat diandalkan dan
tidak efisien.
Perdagangan eceran bisa
didefinisikan sebagai suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen
akhir. Perdagangan eceran adalah mata rantai terakhir dalam penyaluran barang
dari produsen sampai kepada konsumen.
Sedangkan pedagang eceran adalah
orang-orang atau toko yang kerja utamanya mengencerkan barang. Dalam hal ini
harus diingat kata UTAMA di atas. Sebab dalam praktik bisa terjadi seorang pabrikan
atau petani produsen menjual langsung barangnya pada konsumen akhir, ini bukan
retailer. Juga ada retailer yang menjual barang untuk restoran (restoran bukan
konsumen akhir), ini juga bukan pekerjaan retailing. Jadi yang penting disini
ialah pekerjaan utama retailing ialah menjual barang pada konsumen akhir.
B.
Persamaan dan Perbedaan Bisnis Ritel
dan Bisnis Eceran
Persamaan dan Perbedaan
Bisnis Ritel
|
Bisnis Eceran
|
1. Persamaan
*) Saluran distribusi.
*) Suatu kegiatan menjual barang
dan jasa kepada konsumen akhir bukan untuk keperluan
bisnis (dijual kembali).
|
1. Persamaan
*) Saluran distribusi.
*) Suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir bukan
untuk keperluan bisnis (dijual kembali).
|
2. Perbedaan
*) Tidak memerlukan banyak
perantara, yaitu: Produsen
Pengecer Konsumen Akhir.
|
2. Perbedaan
*) Memerlukan
banyak perantara, yaitu:
Produsen
Agen Grosir
Pengecer Konsumen Akhir.
|
C.
Peran dan Fungsi Bisnis Ritel
1.
Peran Usaha Ritel
Produsen
menjual produknya kepada grosir (wholesaler).
Kemudian grosir menjualnya kepada pedagang eceran / ritel ( pengecer /
peritel). Pengecer / peritel adalah orang-orang atau toko yang kegiatan
utamanya mengecerkan barang. Mereka menjual barang pada konsumen akhir.
Pemasaran ritel ini sangat penting artinya bagi produsen karena melalui
usaha ritel, produsen dapat memperoleh informasi berharga mengenai
produknya. Produsen dapat mewawancarai peritel mengenai pendapat konsumen
mengenai bentuk, rasa, daya tahan, harga dan segala sesuatu mengenai produknya.
Selain itu juga dapat diketahui mengenai kondisi perusahaan pesaing. Produsen
dan peritel dapat menjalin kerjasama yang saling menguntungkan. Produsen dapat
memasang iklan, mengadakan undian, atau memberi hadiah kepada konsumen melalui
toko-toko peritel. Kadang kala ada produsen yang langsung memberikan
bonus kepada peritel.
Usaha ritel
memberikan kebutuhan ekonomis bagi pelanggan melalui lima cara, antara lain :
1.
Memberikan suplai / pasokan barang
dan jasa pada saat dan ketika dibutuhkan konsumen/pelanggan dengan sedikit atau
tanpa penundaan. Usaha ritel biasanya berlokasi didekat rumah pelanggan,
sehingga pelanggan bisa dengan segera mendapatkan suatu produk tanpa perlu
menunggu lama.
2.
Memudahkan konsumen/pelanggan dalam
memilih atau membandingkan bentuk, kualitas, dan barang serta jasa yang
ditawarkan. Pelanggan mungkin hanya ingin lebih dari sekedar mendapatkan barang
yang diinginkan pada tempat yang nyaman. Mereka hampir ingin selalu belanja di
mana bisa mendapatkan kemudahan memilih, membandingkan kualitas, bentuk, dan
harga dari produk yang diinginkan. Dalam menarik dan memuaskan pelanggan, para
peritel biasanya akan berusaha menciptakan suasana belanja yang nyaman.
3.
Menjaga harga jual tetap rendah agar
mampu bersaing dalam memuaskan pelanggan.
4.
Membantu meningkatkan standar hidup
masyarakat. Produk yang dijual dalam usaha ritel, tergantung pada apa yang
dibeli dan dikonsumsi oleh masyarakat. Upaya promosi yang dilakukan, tidak
hanya memberikan informasi kepada masyarakat mengenai beragam produk barang dan
jasa, tetapi juga dapat meningkatkan keinginan pelanggan untuk membeli. Hasil
akhirnya adalah peningkatan standar hidup dan penjualan produk.
5.
Adanya usaha ritel juga memungkinkan
dilakukannya produksi besar-besaran (produksi massal). Produksi massal tidak
akan dapat dilakukan tanpa sistem pengecer yang efektif dalam mendistribusikan
produk yang dibuat secara massal bagi pelanggan.
Peran ritel dalam kehidupan
perekonomian secara keseluruhan, yaitu sebagai pihak akhir (final link) dalam
suatu rantai produksi, yang dimulai dari pengolahan bahan baku, sampai dengan
distribusi barang (dan jasa ) ke konsumen akhir.
2. Fungsi Usaha Ritel
Fungsi usaha ritel dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggan antara lain :
1.
Melakukan kegiatan usahanya di
lokasi yang nyaman dan mudah di akses pelanggan, seperti di sekitar rumah-rumah
penduduk,
2.
Memberikan beragam produk sehingga
memungkinkan pelanggan bisa memilih produk yang diinginkan,
3.
Membagi
produk yang besar sehingga dapat dijual dalam kemasan/ukuran yang kecil,
4.
Mengubah produk menjadi bentuk yang
lebih menarik. Adakalanya untuk meningkatkan penjualan, peritel menggunakan
promosi beli satu gratis satu. Dalam hal ini, produk dikemas secara menarik
sehingga pelanggan tertarik untuk
5.
Menyimpan produk agar tetap tersedia
pada harga yang relatif tetap,
6.
Membantu terjadinya perubahan
(perpindahan) kepemilikan barang, dari produsen ke konsumen,
7.
Mengakibatkann perpindahan barang
melalui sistem distribusi,
8.
Memberikan informasi, tidak hanya ke
pelanggan, tapi juga ke pemasok,
9.
Memberikan jaminan produk, layanan
purna jual, dan turut menangani keluhan pelanggan,
Memberikan fasilitas kredit dan sewa. Contohnya,
jasa penyewaan mobil yang kegiatan usahanya menyewakan mobil, atau toko
kmoputer yang menyediakan fasilitas pembelian komputer jinjing (laptop) secara
kredit.
terima kasih ilmunya ya
ReplyDeleteterimakasih untuk ilmunya,ini sangat membantu
ReplyDeleteMohon izin copas trims😊
ReplyDeleteTerimakasih untuk ilmunya ��
ReplyDeleteBlognya bagus 😊
ReplyDeleteBlognya bagus 😊
ReplyDelete